Profil Desa Mergolangu
Ketahui informasi secara rinci Desa Mergolangu mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Mergolangu, Kalibawang, Wonosobo. Kenali potensinya sebagai "atap" Kecamatan Kalibawang, pusat peternakan kambing dan sapi, serta lumbung rempah cengkeh di perbukitan Menoreh.
-
Desa Puncak di Kalibawang
Mergolangu merupakan salah satu desa tertinggi di Kecamatan Kalibawang, memberikannya iklim yang lebih sejuk dan lanskap pemandangan alam yang menawan dari ketinggian.
-
Pusat Peternakan Unggulan
Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra utama peternakan di Wonosobo selatan, khususnya untuk kambing jenis Peranakan Etawa (PE) dan Jawa Randu, serta sapi potong.
-
Lumbung Rempah dan Agroforestri
Perekonomiannya ditopang oleh sistem agroforestri yang kaya, di mana desa ini menjadi penghasil penting untuk komoditas rempah bernilai tinggi seperti cengkeh dan kapulaga.
Meninggalkan lembah-lembah subur di pusat Kecamatan Kalibawang, perjalanan menuju Desa Mergolangu adalah sebuah pendakian menuju wajah lain dari Wonosobo bagian tenggara. Terletak di jajaran perbukitan tertinggi di wilayahnya, Mergolangu adalah "atap" dari Kecamatan Kalibawang. Di sini, udara menjadi lebih sejuk, kabut sering turun menyapa dan lanskap didominasi oleh rimbunnya perkebunan rempah dan suara embikan kambing yang bersahutan. Desa Mergolangu adalah sebuah benteng agraris di ketinggian, sebuah pusat peternakan yang tangguh sekaligus lumbung rempah-rempah yang menghidupi ribuan warganya.
Sejarah di Puncak Perbukitan
Nama "Mergolangu" dipercaya berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa: "Margo" yang berarti jalan, dan "Langu" yang bisa berarti bau yang khas (seringkali wangi atau menyengat) atau bisa juga merujuk pada kondisi sunyi dan terpencil. Kedua interpretasi ini sangat cocok dengan kondisi desa. "Jalan yang sunyi/terpencil" menggambarkan lokasinya yang berada di puncak perbukitan, yang di masa lalu mungkin sulit dijangkau. Sementara "Jalan yang wangi" bisa merujuk pada aroma khas dari rempah-rempah seperti cengkeh yang menjadi komoditas utamanya.Sejarah Desa Mergolangu adalah kisah tentang komunitas yang memilih untuk hidup di ketinggian, beradaptasi dengan tantangan topografi dan iklim yang berbeda dari desa-desa di lembah. Mereka adalah para petani-peternak ulet yang mengembangkan sistem ekonomi yang sangat cocok dengan kondisi alamnya, menjadikan keterpencilan sebagai sebuah kekuatan untuk membangun kemandirian.
Geografi dan Demografi: Berada di Atap Kalibawang
Desa Mergolangu secara geografis menempati posisi puncak di gugusan perbukitan Menoreh yang menjadi batas alam di sebelah tenggara Kabupaten Wonosobo. Ketinggiannya yang mencapai lebih dari 700 meter di atas permukaan laut menjadikannya salah satu desa tertinggi dan terdingin di Kecamatan Kalibawang, meskipun tidak sedingin Dieng. Dari titik-titik tertinggi di desa ini, terhampar pemandangan spektakuler ke arah lembah di bawahnya dan jajaran pegunungan di kejauhan.Secara administratif, Desa Mergolangu memiliki luas wilayah sekitar 515 hektare. Batas-batas wilayahnya meliputi:
Berbatasan dengan Desa Selomanik
Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang
Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Purworejo
Berbatasan dengan Desa Kalikuning
Posisi desa yang diapit oleh tiga kabupaten (Wonosobo, Magelang, Purworejo) menjadikannya titik strategis dalam interaksi sosial dan ekonomi lintas-daerah. Berdasarkan data kependudukan per September 2025, jumlah penduduk Desa Mergolangu diperkirakan sekitar 5.800 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.126 jiwa per kilometer persegi.
Pusat Peternakan Kambing dan Sapi
Pilar ekonomi utama yang menjadi ciri khas Desa Mergolangu adalah sektor peternakan. Iklimnya yang sejuk dan ketersediaan pakan hijauan yang melimpah dari perkebunan menjadikan desa ini sangat ideal untuk pengembangan ternak. Hampir setiap keluarga di Mergolangu adalah peternak.1. Sentra Kambing Unggulan: Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra kambing di Wonosobo. Dua jenis kambing utama yang dikembangbiakkan adalah Kambing Peranakan Etawa (PE) yang dihargai karena produksi susunya dan postur tubuhnya yang besar, serta Kambing Jawa Randu yang merupakan jenis pedaging yang sangat adaptif. Peternakan kambing menjadi motor ekonomi harian dan tabungan jangka menengah bagi warga.2. Peternakan Sapi Potong: Selain kambing, banyak warga juga beternak sapi potong, terutama jenis Sapi Peranakan Ongole (PO) dan Simental. Sapi-sapi ini digemukkan dengan pakan dari hasil kebun dan menjadi investasi jangka panjang yang sangat berharga. Pasar hewan di Kalibawang menjadi tujuan utama penjualan ternak dari Mergolangu.
Lumbung Rempah dan Sistem Agroforestri
Selain peternakan, Desa Mergolangu adalah lumbung rempah-rempah bernilai tinggi. Iklim sejuknya sangat cocok untuk budidaya tanaman yang tidak bisa tumbuh optimal di dataran rendah. Pertanian di sini dijalankan dengan sistem agroforestri atau kebun campuran yang lestari, di mana tanaman keras tumbuh berdampingan dengan tanaman semusim dan pakan ternak.Komoditas rempah andalan antara lain:
Cengkeh (Syzygium aromaticum): Pohon cengkeh tumbuh subur di lereng-lereng Mergolangu. Saat musim panen tiba, seluruh desa akan dipenuhi oleh aroma wangi dari bunga cengkeh yang dijemur. Cengkeh kering menjadi salah satu sumber pendapatan tahunan terbesar bagi petani.
Kapulaga (Amomum compactum): Tumbuh di bawah naungan pohon-pohon besar, kapulaga menjadi tanaman sela yang memberikan pendapatan tambahan yang signifikan.
Kopi: Sebagian petani juga mulai mengembangkan budidaya kopi robusta yang cocok dengan ketinggian desa.
Sinergi Pertanian dan Peternakan
Seperti desa-desa tangguh lainnya, Mergolangu menerapkan sistem integrasi antara pertanian dan peternakan. Model ini menciptakan siklus yang efisien dan berkelanjutan. Limbah pertanian dari kebun, seperti daun cengkeh atau tanaman pakan, menjadi sumber nutrisi bagi ternak. Sebaliknya, kotoran dari kandang kambing dan sapi diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi untuk menyuburkan kembali kebun rempah dan kopi mereka. Sinergi ini mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan meningkatkan kesehatan tanah secara jangka panjang.
Tantangan dan Peluang di Desa Puncak
Hidup di ketinggian memberikan berkah sekaligus tantangan bagi masyarakat Mergolangu.
Tantangan Infrastruktur: Akses jalan menuju dusun-dusun di puncak perbukitan seringkali menjadi kendala, terutama saat musim hujan. Hal ini dapat menghambat transportasi hasil panen dan ternak ke pasar.
Ancaman Bencana Alam: Topografi yang curam membuat desa ini rentan terhadap bencana tanah longsor. Diperlukan upaya mitigasi dan konservasi lahan yang serius.
Fluktuasi Harga: Harga komoditas rempah seperti cengkeh dan kopi di pasar global sangat fluktuatif, yang berdampak langsung pada pendapatan petani. Demikian pula dengan harga jual ternak.
Namun peluang masa depan Desa Mergolangu sangat cerah. Posisinya sebagai "atap" Kalibawang dengan pemandangan yang indah membuka potensi wisata alam dan agrowisata yang besar. Konsep "desa wisata peternakan" di mana pengunjung bisa belajar tentang budidaya kambing Etawa, atau "wisata kebun rempah" di mana mereka bisa ikut merasakan sensasi panen cengkeh, adalah ide-ide yang sangat menjanjikan. Dengan mengemas potensi peternakan dan perkebunannya secara kreatif, Mergolangu dapat mengembangkan sumber pendapatan baru yang berkelanjutan tanpa harus meninggalkan identitas agrarisnya yang kuat.
